Omed-omedan atau sering juga disebut med-medan, dari segi bahasa berarti tarik menarik. Omed-omedan merupakan sebuah tradisi ciuman massal yang dilakukan masyarakat Bali, tepatnya di desa Banjar Kaja Sesetan, Denpasar Selatan. Tradisi omed-omedan ini digelar satu hari sehabis hari raya Nyepi, yang disebut hari Ngebak Geni.
![]() |
gambar : infokebali.com |
Tradisi omed-omedan digelar di Jalan Raya Sesetan, tepatnya di depan Balai Banjar Kaja Sesetan pada sore hari, sekitar pukul 15.30 WITA. Sebelum program di mulai, semua penerima terlebih dahulu sembahyang. Peserta omed-omedan yaitu cowok dan pemudi lajang yang berusia sekitar 17 - 30 tahun dari empat tempekan atau kelompok wilayah Seka Teruna Satya Dharma Kerti, Banjar Kaja Sesetan. Jumlah muda mudi yang mengikuti program omed-omedan ini dapat mencapai ratusan orang.
Para penerima dikumpulkan dan dibagi menjadi dua kelompok, wanita dan laki-laki. Jika petugas sudah memberi tanda, sambil diiringi oleh musik tradisional Bali, kedua anggota kelompok eksklusif mencari lawan jenisnya untuk dijadikan pasangan. Mereka saling merangkul dan mencium, sementara beberapa anggota dari kedua kelompok bangun di belakang dan bertugas menarik (omed-omedan) para pasangan tersebut.
Anggota yang tidak mau akan dipaksa kelompoknya masing-masing untuk mencium. Sedangkan bagi yang tidak berhenti mencium, petugas akan menyiramkan air sehingga mereka terpaksa menyudahi ciumannya tersebut. Bagi sebagian besar pesera omed-omedan, acara ini tidak memunculkan suatu perasaan khusus atau istimewa terhadap pasangan yang diciumnya. Kegiatan omed-omedan ini hanyalah bab dari pelaksanaan tradisi leluhur. Saat omed-omedan berlangsung, biasanya kawasan ini dipenuhi oleh pengnjung dari luar yang ingin menyaksikan acara tradisi omed-omedan tersebut. Tradisi omed-omedan ini sudah menjadi daya tarik kawasan Banjar Kaja Sesetan, hanya saja pengunjung atau orang di luar kawasan ini dihentikan untuk ikut berpartisipasi.
Masyarakat di luar Bali dapat kaget dan heran melihat tradisi omed-omedan ini. Bagaimana tidak, seorang pria dan wanita dipaksa berciuman di depan umum. Menurut kisah masyarakat Banjar Sesetan, tradisi omed-omedan ini merupakan tradisi leluhur yang sudah dilakukan semenjak jaman penjajahan Belanda.
Awalnya ritual omed-omedan ini dilakukan di Puri Oka Sesetan yang merupakan sebuah kerajaan kecil pada jaman penjajahan Belanda. Konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Pada hari sehabis hari raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar program permainan omed-omedan sampai suasana menjadi gaduh. Raja yang ketika itu sedang sakit pun murka besar. Dengan berjalan tertatih-tatih, raja keluar dan melihat warganya yang sedang tarik-tarikan sambil berpelukan. Anehnya, sehabis melihat adegan tersebut, tiba-tiba raja tidak lagi mencicipi sakit.
Sejak ketika itu sang raja mengeluarkan titah semoga omed-omedan harus dilaksanakan sehabis hari raya Nyepi. Bagi masyarakat Bali, omed-omedan mempunyai nilai filosofis. Konsep pertemuan antara pria dan wanita tersebut diartikan sebagai bentuk keseimbangan dalam alam semesta dan kehidupan manusia. (majalah Sekar).
0 Response to "Omed-Omedan, Ciuman Masal Muda-Mudi Bali"
Post a Comment