Dalam produksi seni atau sastra, lembaga-lembaga sosial mensugesti siapa yang menjadi seniman, bagaimana menjadi seniman, bagaimana mereka sanggup mempraktekkan seninya, dan bagaimana mereka akan yakin bahwa karya mereka akan diproduksi serta diperagakan.
Penilaian terhadap karya-karya dan aliran-aliran yang memilih daerah mereka di dalam sejarah sastra atau seni tidaklah semata-mata merupakan keputusan individual, melainkan merupakan kejadian yang secara sosial dimungkinkan dan dikonstruksi.
Dalam forum sosial yang mensugesti produksi sastra atau seni terdapat beberapa hal yang mesti dipertimbangkan, satu diantaranya yakni sistem patronase. Ada beberapa pendapat mahir perihal sistem patronase :
1. Henning.
Henning menyatakan bahwa efek patron terhadap karya-karya seniman sanggup terjadi melalui tiga cara, yaitu :
- Stipulasi, meliputi segala perintah yang konkret yang harus dilaksanakan oleh seniman.
- Daya tarik, mengisyaratkan kemampuan suatu kelompok untuk menarik minat seniman terhadap titik pandangnya sendiri dengan suatu iklim intelektual atau budbahasa yang simpatetik dan juga dengan sokongan material.
- Seleksi, melibatkan pilihan terhadap karya-karya seni.
2. Laurenson.
- Sistem patronase lama, dalam sistem patronase ini ada identifikasi antara sastrawan dengan patronnya serta ada kekerabatan pribadi yang kuat.
- Sistem patronase baru, dalam sistem patronase ini kekerabatan pribadi antara sastrawan dengan patronnya cenderung lebih longgar. Sistem patronase ini terjadi semenjak masa XVI di Inggris.
- Sistem patronase tidak langsung, merupakan sistem patronase yang di dalamnya sang patron cenderung hanya berfungsi sebagai perantara dari kekerabatan antara sastrawan dengan publiknya. Sistem patronase ini terjadi pada jaman modern yang kapitalis, dimana kehidupan sastrawan tidak tergantung pada patronnya, melaikan tergantung pada audiensnya, pada aturan penawaran dan undangan pasar.
Laurenson juga membedakan dampak mental dari masing-masing sistem patronase tersebut :
- Sistem patronase lama, terdapat struktur sosial yang relatif kohesif dan homogen sehingga ada keterbagian dalam pengalaman, harapan, kecemasan dan pandagan dunia antara sastrawan dengan patron dan masyarakatnya.
- Sistem patronase baru, merupakan transisi antara sistem patronase usang dengan sistem patronase tidak langsung.
- Sistem patronase tidak langsung, kekerabatan antara sastrawan dengan patronnya dan dengan masyarakatnya cenderung terfragmentariskan.
3. Wolff.
Wolff beropini bahwa patronase kesusastraan juga memainkan peranan penting dalam sejarah sastra, dari patronase raja-raja dan gereja masa di masa XIV dan XV hingga pada patronase bulat aristrokratik yang lebih luas di masa XVI dan patron-patron politik di dekade-dekade terakhir masa XVII. Apabila di jaman feodal sifat teks-teks dengan terang dipengaruhi oleh kekerabatan yang bersahabat antara sastrawan dengan patronnya, maka semenjak tahun 1600 an kekerabatan bersahabat dan sangat tergantung tersebut sudah tidak ada lagi.
Pada masa XX muncul bentuk-bentuk patronase gres (patronase modern) yang pada tingkat tertentu sanggup menggantikan hubungan-hubungan patronase tradisional. Sebagaimana halnya sistem patronase tradisional, sistem patronase modern pun tidak bekerja secara netral. Tidak terdapat inteferensi pribadi oleh patron ke dalam apa yang diproduksi oleh sastrawan, tetapi bahwa ada seleksi tertentu dalam tunjangan dana sanggup mengindikasikan ideologi patron yang bersangkutan . Seleksi tersebut bersangkut paut pula dengan apa yang diproduksi oleh sastrawan. (dari buku Pengantar Sosiologi Satra, Faruk)
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Sistem Patronase Dalam Produksi Sastra"
Post a Comment