Karakteristik Insan Komunikan : Konsepsi Psikologi Perihal Manusia

Dalam ilmu komunikasi banyak teori teori yang dilatarbelakangi oleh konsepsi-konsepsi psikologi perihal manusia. Dari sekian banyak teori tersebut, di antaranya yakni :
  • Teori persuasi. Teori ini sudah usang memakai konsepsi psikoanalis yang melukiskan insan sebagai mahkluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam atau Homo Volens. 
  • Teori jarum hipodermik. Teori ini menyatakan bahwa media massa sangat berpengaruh. Teori jarum hipodermik dilandasi oleh konsepsi behaviorisme yang memandang insan sebagai mahkluk yang digerakkan semaunya oleh lingkungan atau Homo Mechanicus.
  • Teori pengolahan informasi. Teori ini dibuat oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat insan sebagai mahkluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya atau Homo Sapiens.
  • Teori komunikasi interpersonal. Teori ini banyak dipengaruhi oleh konsepsi psikologi humanistis yang menggambarkan insan sebagai pelaku aktif dalam merumuskan seni administrasi transaksional dengan lingkungannya atau Homo Ludens.
Walaupum psikologi telah banyak melahirkan banyak teori perihal manusia, tetapi empat pendekatan tersebut di atas yakni yang paling dominan, yaitu psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis.

Setiap pendekatan tersebut memandang insan dengan cara yang berlainan, karakteristik insan sepertinya merupakan sintyesis dari keempat pendekatan tersebut.  Sekali waktu ia menjadi mahkluk yang secara membuta mengikuti kemauannya, tapi pada waktu yang lain ia menjadi mahkluk yang berpikir logis. Pada satu dikala ia menyerahkan bulat-bulat pada proses pelaziman atau conditioning yang diterimanya dari lingkungan, pada dikala lain ia berusaha mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dimilikinya.

Hubungan insan di antara keempat teori tersebut (Psikoanalisis, Kognitif, Beheviorisme, dan Humanisme) yakni :

1. Manusia dalam Konsepsi Psikoanalisis.
Psikoanalisis secara tegas memperhatikan struktur jiwa manusia. Pendiri dari psikoanalisis yakni Sigmund Freud, orang pertama yang berusaha merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia, buka pada bagian-bagiannya yang terpisah.
Menurut Sigmund Freud, sikap insan merupakan hasil interaksi tiga sub sistem dalam kepribadian manusia, yaitu :
  • Id. Id yakni penggalan kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis insan (pusat instink). Ada dua instink mayoritas dalam manusia, yaitu yang pertama Libido atau instink kehidupan (eros) yang merupakan instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk kegiatan-kegiatan insan yang konstruktif. Yang kedua Thanatos atau instink janjkematian yang merupakan instink destruktif dan agresif. Semua motif insan yakni campuran antara eros dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id yakni watak hewani manusia.     
  • Ego. Ego yakni perantara antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego berfungsi menjebatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Egolah yang menjadikan insan mempu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional pada eksklusif yang normal. Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle). 
  • Superego. Superego yakni polisi kepribadian, mewakili yag ideal. Superego yakni hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Superego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar. Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego. 
Makara psikoanalisis sikap insan merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego), atau dengan kata lain psikoanalisis sikap insan merupakan interaksi dari unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). 

2. Manusia dalam Konsepsi Behaviorisme.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme yang menganalisa jiwa insan berdasarkan laporan-laporan subyektif, dan juga psikoanalisis yang berbicara perihal alam bawah sadar yang tidak nampak. Behaviorisme menganalisa hanya sikap yang nampak saja, yang sanggup diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, lantaran berdasarkan mereka seluruh sikap insan kecuali instink, yakni hasil belajar. Belajar artinya perubahan sikap organisme sebagai dampak lingkungan. Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah insan baik atau jelek, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkunga. Dari sinilah timbul konsep insan mesin atau Homo Mechanicus. Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi. Tokoh dari pedoman ini salah satunya yakni Watson
Menurut Aristoteles, pada waktu lahir jiwa insan tidak mempunyai apa-apa, bagai sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Sedangkan Jonh Locke, seorang tokoh empirisisme Inggris meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir insan tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman yakni satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukanlah idea yang menghasilkan pengetahuan, tetapi keduanya yakni produk pengalaman. Secara psikologis hal ini berarti bahwa seluruh sikap manusia, kepribadian, dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab sikap tetapi disebabkan oleh sikap masa lalu. 
Hedonisme, salah satu paham filsafat etika, memandang insan sebagai mahkluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme, seluruh sikap insan tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Jika empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka kita akan menemukan apa yang disebut sebagai behaviorisme.

3. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Kognitif.
Dalam paradigma psikologi sosial, insan tidak lagi dipandang sebagai mahkluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungan, tetapi sebagai mahkluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya, mahkluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Salah satu tokoh pedoman ini Frege, menuliskan bahwa dampak seseorang pada yang lain kebanyakan ditimbulkan oleh pikiran. Ia mengisyaratkan kelebihan rasionalisme pada empirisisme.
Rasionalisme tampak terperinci pada pedoman psikologi Gestalt. Menurut para psikolog Gestalt, insan tidak memperlihatkan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia yakni organisme aktif yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memperlihatkan respons, insan menangkap dulu contoh stimuli secara keseluruhan dan kesatuan-kesatuan yang bermakna. 
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik lantaran konsep-konsepnya sukar diuji, psikologi kognitif telah measukkan kembali jiwa insan yang sudah dicabut oleh behaviorisme. Manusia hidup dan mulai berpikir. Tetapi insan bukan sekedar mahkluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang didambakan. 

4. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik.
Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi, sesudah psikoanalisis dan behaviorisme. Psikologi humanistik mengambil banyak hal dari psikoanalisis Neo Freudian, yang sesungguhnya anti Freudian, menyerupai Adler, Jung, Rank, Slikel, dan Ferenczi. Tetapi psikologi humanistik banyak mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang insan hidup dalam dunia kehidupan yang dipersepsukan dan diinterprestasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. Fenomenologi banyak mensugesti tulisan-tulisan Carl Rogers, yang oleh banyak jago disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
Menurut Alfred Schutz, tokoh sosiologi fenomenologis, pengalaman subyektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas. Perhatian pada makna kehidupan yakni juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mazhab yang lain.
Victor E. Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistik , yaitu :
  • Keunikan manusia.
  • Pentingnya nilai pada makna.
  • Kemampuan insan untuk membuatkan dirinya.
Sedangkan Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut :
  • Setiap insan hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, di mana ia menjadi pusat. Prilaku insan berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi insan perihal identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomena.
  • Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
  • Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi perihal dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada realitas menyerupai yang dipersepsikan olehnya dan degan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
  • Anggapan adanya bahaya terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, betrupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan sikap pembiasaan serta penggunaan prosedur pertahanan ego menyerupai rasionalisasi.
  • Kecenderungan batiniah insan yakni menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta menentukan jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
(dari buku Psikologi Komunikasi, Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karakteristik Insan Komunikan : Konsepsi Psikologi Perihal Manusia"

Post a Comment