Etika David Hume

Etika David Hume masuk dalam khazanah filsafat modern, dengan paham empirisme.  Sama halnya dengan para pendahulunya, menyerupai Francis Bacon, orang yang pertama kali menyatakan pengalaman sebagi sumber kebenaran yang paling terpercaya, Thomas Hobes, John Locke, atau George Berkeley, yang mengekstremkan paham John Locke dengan pendapatnya bahwa yang ada hanyalah kesadaran, David Hume menolak segala sistem etika yang tidak berdasarkan fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman empiris.

sumber : wikipedia.com
Menurut Hume, yang sanggup kita ketahui hanyalah apa yang menjadi pengalaman kita, pengalaman indrawi dan pengalaman perasaan dalam diri kita. Hume tidak mendapatkan adanya nilai-nilai mutlak, sesuatu itu bernilai oleh sebab kita tertarik kepadanya, dan bukan sebaliknya kita merasa tertarik kepada sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Psikologisme Hume perihal baik dan jelek tidak dianggap obyektif, melainkan hal perasaan kita.

Pendekatan empiristik Hume membawa implikasi eksklusif bahwa tidak ada dasar untuk bicara perihal keharusan moral. Yang sanggup kita alami selalu sesuatu yang faktual, berupa suatu data, dan tidak pernah suatu keharusan. Menurut Hume, tidak masuk nalar bicara perihal sebuah kewajiban obyektif, tidak masuk nalar juga mempertanyakan norma-norma moral obyektif, atau kriteria obyektif mengenai tindakan mana yang wajib dan mana yang tidak wajib. Semuanya tidak memiliki dasar rasional apapunkarena tidak termasuk dalam pengalaman empiris. Hume menolak kemungkinan sebuah etika normatif.

Hume tidak menyangkal bahwa insan sering memperlihatkan evaluasi moral, bahwa insan sering merasa berkewajiban. Hume membedakan sifat yang positif menjadi empat kelompok :
  • Yang berkhasiat bagi masyarakat, yaitu kebaikan hati dan keadilan.
  • Yang berkhasiat bagi diri sendiri, yanitu kehendak yang besar lengan berkuasa dan kemampuan rohani.
  • Yang bagi kita sendiri secara eksklusif menyenangkan, yaitu tabiat gembira, kebesaran jiwa, tabiat yang luhur, keberanian, ketenangan, dan kebaikan.
  • Yang eksklusif menyenangkan bagi orang lain, yaitu perilaku tahu diri, tata krama, dan kesopanan.
Hanya saja berdasarkan Hume, penilaian-penilaian itu tidak berdasarkan rasio, pertimbangan-pertimbangan obyektif, melainkan semata-mata berdasarkan perasaan. Unsur bersama sifat-sifat tersebut nikmat dan bermanfaat. Jadi, evaluasi moral mengungkapkan perasaan baiklah dan tidak setuju. Etika yakni hal perasaan moral, dan Hume seorang tokoh moral sentiment theories

Tentang kegunaan, Hume beropini bahwa rasio sanggup memainkan peranan. Dengan rasio, kita sanggup mengetahui apa yang berkhasiat untuk memperoleh nikmat. Tetapi rasio tidak sanggup mengendalikan tindakan, rasio tidak sanggup menggerakkan apa-apa. Yang sanggup menggerakkan tindakan semata-mata yakni perasaan. Perasaan kita menarik tertarik kepada nikmat, maka kita merasa terdorong untuk mengusahakan apa yang diperlukan menghasilkan nikmat, mengusahakan apa yang berkhasiat dan mencegah apa yang tidak berguna.

Satu hal yang menarik dari etika Hume yakni bahwa berdasarkan Hume kita tidak hanya terdorong untuk mengusahakan apa yang berkhasiat supaya kita sendiri merasa nikmat, melainkan juga untuk menciptakan orang lain merasa nikmat serta untuk melindungi ia dari perasaan sakit. Jadi, kita juga terdorong untuk bersikap baik hati, kita mencicipi kebaikan hati. Terlihat bahwa ciri dalam hedonosme Hume yang khas. Hedonismenya tidak bersifat egois. Hedonisme Hume berbeda dengan hedonisme klasik. Berkaitan dengan hal tersebut, Hume menjelaskan bahwa kemampuan untuk ikut mencicipi bersama orang lain berdasarkan simpati, dan simpati merupakan talenta alami. Secara alami, insan memang mahkluk sosial, maka insan memiliki perasaan-perasaan sosial. Manusia secara alami memiliki kebaikan hati. Kegunaan kita minati sebab merasa simpati dengan kebahagiaan umat insan dan menolak apa yang mencelakakannya. 

Tentang keadilan, Hume menjelaskan bahwa keadilan menurutnya yakni sifat buatan, dalam arti bahwa keadilan bukan sifat alami, melainkan gres berkembang belakangan pada dikala insan berhadapan dengan sebuah problem sosial. Keadilan dimaksudkan sebagai dukungan terhadap hak-hak kita masing-masing. Untuk kesejahteraan umum, yang kita minati secara alami, hak-hak tersebut perlu dijamin dengan mutlak dan dihentikan dilanggar. Kesepakatn kemudian menciptakan kita menginternalisasikan melalui penyesuaian sehingga hasilnya kita secara impulsif merasa menyetujui keadilan.

Tentang kebebasan, Hume beropini kebebasan bukanlah kemampuan kehendak untuk memilih dirinya sendiri sebagaimana pengertian filsafat klasik. Hume bahkan tidak mengakui adanya kehendak. Kebebasan bukan lain dari tiadanya keniscayaan. Kebebasan sama dengan spontanitas. Orang itu bebas apabila tindakannya ditentukan oleh keinginan-keinginannya sendiri dan tidak terkendala oleh faktor-faktor dari luar.

Semoga bermanfaat. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Etika David Hume"

Post a Comment