Formalisme merupakan salah satu pemikiran dalam sastra yang menempatkan karya sastra dalam sentra perhatiannya. Aliran formalisme yang muncul di Rusia yakni suatu reaksi terhadap aliran positivisme pada kurun ke-19 yang memperhatikan keterangan biografis. Formalisme ini menentang kecenderungan di Rusia untuk meneliti sastra sebagai ungkapan pandangan hidup atau iklim perasaan dalam masyarakat. Kaum formalis, yang terdiri dari sejumlah teoritisi sastra dan linguis, di Leningrad dan Moskwa, terutama aktif dari tahun 1914 hingga 1930. Setelah tahun 1930, keadaan politik di Rusia mengakhiri aktivitas mereka.

Kaum formalis menciptakan sejumlah besar analisa perihal karya-karya sastra, yang mereka lakukan di dalam sejumlah kerangka beberapa dalil umum mengenai karya sastra. Yang merupakan ciri khas dari penelitian kaum formalis yakni perhatian pada apa yang dianggap khas sastra atau kesastraan dalam teks yang bersangkutan. Mereka tidak oke adanya pembedaan dengan cermat antara bentuk dan isi. Istilah kesastraan berasal dari Jakobson, yang meletakkan dasar bagi teori fungsi puitik.
Menurut pandangan kaum formalis, sifat kesastraan timbul dengan menyusun dan mengubah bahannya yang bersifat netral, ibarat :
- Dalam hal puisi materi itu yakni bahasa biasa.
- Dalam hal dongeng materi itu yakni riwayat yang disajikan.
Cara pengolahan (penyulapan) merupakan materi yang netral secara estetik untuk menghasilkan sebuah sastra.
- Cara pengolahan puitik adalah metrum, rima, macam-macam bentuk paralelisme dan pertentangan, gaya bahasa dan kiasan.
- Cara pengolahan prosa naratif, contohnya manipulasi dengan waktu, pergeseran perspektif, pemakaian bahasa sehari-hari dalam teks si penutur, serta unsur yang menyangkut isi yang harus memberi motivasi bagi penyusunan cerita.
Kaum formalis telah memperkenalkan beberapa pengertian untuk analisa teks cerita, yaitu :
- Motif, sebagai kesatuan terkecil dalam insiden yang diceritakan.
- Fabula, sebagai rangkaian motif dalam urutan kronologis.
- Suzjet, sebagai penyusunan artistik motif-motif tersebut, sebagai akhir dari cara pengolahan terhadap fabula.
Yang menjadi sentra perhatian dalam pandangan kaum formalis mengenai sastra yakni pengertian pengasingan. Istilah tersebut dikenalkan oleh Sjkklovski, yang beropini bahwa sastra sama ibarat seni-seni yang lain, memiliki kemampuan untuk mengatakan kenyataan dengan suatu cara baru, sehingga sifat otomatik dalam pengamatan dan pencerapan kita didobrak. Sjklovski menggunakan istilah pengasingan bila sebuah karya sastra menggunakan gaya bahasa yang menonjol atau menyimpang dari yang biasa, atau mempergunakan teknik bercerita yang baru.
Dalam tahap lebih lanjut, pemikiran formalisme lebih memperhatikan fungsi cara pengolahan itu, tidak hanya dalam sebuah karya sastra tetapi dalam sebuah sistem sastra dan dalam perkembangan atau evolusi sastra. Menurut Tynjanov, setiap unsur dalam sebuah karya sastra mempunyai kekerabatan ganda, yaitu :
- Relasi dengan unsur-unsur laindalam karya sastra yang disebut synfungsi unsur-unsur.
- Relasi dengan unsur-unsur serupa dalam sistem sastra yang disebut autofungsi.
Cara-cara kata digunakan (leksikon) di dalam sebuah karya tertentu memiliki korelasi synfungsional dengan metrum, rima, gaya, komposisi, dan sebagainya dalam karya yang sama, tetapi juga suatu korelasi autofungsional dengan seluruh leksikon sastra, ada ciri yang membedakannya dari pemakaian kata sastra pada umumnya.
Pada umumnya kaum formalis Rusia dipandang sebagai peletak dasar bagi ilmu sastra modern. Keberatan terhadap pandangan kaum formalis, yakni :
- Dari kaum marxis : bahwa kaum formalis kurang memperhatikan syarat-syarat yang memungkinkan tumbuhnya suatu karya sastra. Keberatan ini ditolak oleh kaum formalis, mereka menegaskan bahwa bukanlah kiprah ilmu sastra untuk menandakan pertumbuhan karya-karya seni. Ilmu sastra menaruh perhatian pada kawasan dan fungsi karya itu di dalam sistem sastra.
- Kaum formalis kurang memperhatikan isi dan tema sastra.
- Dari sudut pengamat teori resepsi yaitu suatu pemikiran dalam ilmu sastra yang meneliti bagaimana sebuah karya sastra diresepsi oleh pembaca, diajukan keberatan terhadap kaum formalis, bahwa cara-cara pengolahan yang semula ada pengaruh estetik, oleh angkatan-angkatan dikemudian hari tidak lagi dialami sebagai sesuatu yang bersifat sastra, sebagai sesuatu yang indah. Dan sebaliknya cara-cara pengolahan yang telah kuno sanggup diaktifkan kembali. Menurut pandangan kaum formalis, kritik tersebut tidaklah tepat. Teori kaum formalis mengenai evolusi sastra didasarkan pada prinsip bahwa dampak penyulapan itu terbatas dan mengalami pasang surut.
Sumbangan kaum formalis bagi ilmu sastra yang tidak sanggup dihapuskan yakni bahwa secara prinsip kita mengarahkan perhatian pada unsur kesastraan dan fungsi puitik, pengertian-pengertian ibarat cara pengolahan (penyulapan) dan pengasingan, istilah-istilah dalam menerangkanteknik bercerita, serta teori mengenai evolusi sastra.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Aliran Formalisme Dalam Sastra"
Post a Comment