Paham Rasionalisme Sebagai Sumber Pengetahuan

Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan memakai mekanisme tertentu dari budi saja kita bisa hingga pada pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang mustahil salah.

Menurut kaum rasionalis, sumber pengetahuan bahkan satu-satunya, yaitu budi sehat manusia. Akal budi-lah yang menawarkan kita pengetahuan yang niscaya benar wacana sesuatu. Konsekuensinya, kaum rasionalis menolak anggapan bahwa kita bisa menemukan pengetahuan melalui pancaindera kita. Akal budi sudah cukup memberi pemahaman bagi kita, terlepas dari panca indera. Dengan budi sehat saja bisa menunjukan bahwa ada dasar bagi pengetahuan kita, bahwa kita boleh merasa niscaya dan yakin akan pengetahuan yang kita peroleh.

Tokoh-tokoh dari paham rasionalisme yang terkenal, di antaranya yaitu :

1. Plato.
Plato yaitu pemikir rasionalis pertama. Menurut Plato, satu-satunya pengetahuan sejati yaitu apa yang disebutnya sebagai episteme, yaitu pengetahuan tunggal dan tidak berubah, sesuai dengan ide-ide abadi. Apa yang kita tangkap melalui panca indera hanya merupakan tiruan cacat dari ide-ide tertentu yang abadi. Hanya ide-ide itu saja yang bersifat kasatmata dan sempurna. Segala hal lain hanya tiruan dan alasannya itu tidak kasatmata dan tidak sempurna.
Menurut Plato, pengetahuan adalah pengenalan kembali akan hal yang sudah diketahui dalam ilham abadi. Pengetahuan yaitu kumpulan ingatan terpendam dalam benak manusia. Dengan demikian, untuk mengetahui sesuatu, untuk memeriksa sesuatu, dan berarti untu hingga pada pengetahuan sejati, kita hanya mengandalkan budi sehat yang sudah mengenal ilham abadi.

2. Rene Descartes.
Rene Descartes yaitu filsuf yang menganut paham skeptisisme, paham kaum skeptis. Ia mengajarkan perlunya mencurigai semua keyakinan dan pengetahuan kita, bahkan kita perlu mencurigai apa saja. Bagi Descartes, inilah metode filsafat yang paling tepat. Sasaran utama dari Descartes yaitu bagaimana kita bisa hingga pada pengetahuan yang niscaya benar. Menurutnya, kita perlu mencurigai segala sesuatu hingga kita mempunyai ilham yang terperinci dan tepat (clara et distincta). Descartes menghendaki semoga kita tetap mencurigai untuk sementara waktu apa saja yang tidak bisa dilihat dengan terang oleh budi sehat sebagai yang niscaya benar dan tidak diragukan lagi. Hal ini disebut keraguan metodis, yang berfungsi sebagai alat untuk menyingkirkan semua prasangka, tebakan, dan dugaan yang menipu, dan hasilnya menghalangi kita untuk hingga pada pengetahuan yang benar-benar punya dasar yang kuat. 
Menurut Descartes, hanya budi sehat yang sanggup menunjukan bahwa ada dasar bagi pengetahuan manusia, ada dasar untuk merasa niscaya dan yakin akan apa yang diketahui. Untuk hingga pada pengetahuan yang niscaya dan tidak teragukan menganai apa saja, kita perlu mengandalkan budi sehat kita. Oleh alasannya itu, kita perlu mencurigai apa saja, termasuk yang ditangkap oleh panca indera kita.
Bagi Descartes, keraguan metodis bukanlah tujuan yang harus dicapai. Keraguan ini hanya merupakan sarana untuk bisa menemukan segala sesuatu yang bisa kita ketahui secara pasti. Dengan cara ini kita bisa hingga pada kebenaran tertentu yang tidak bisa lagi diragukan, dan ini memberi landasan yang kokoh bagi pengetahuan kita. Lebih dari itu, tuuan dari cara kerja yang mengandalkan budi sehat yaitu supaya kita tidak hanya hingga pada pengetahuan sejati yang punya dasar yang kokoh, melainkan juga pada pengetahuan yang bersifat umum dan universal, yaitu pengetahuan yang tidak terbatas pada objek khusus tertentu yang diberikan panca indera dan alasannya itu bisa menipu. Ajaran Descartes yang populer yaitu Cogito ergo sum, yang artinya aku berpikir maka aku ada.

Beberapa hal penting mengenai paham rasionalisme yaitu :
  1. Kaum rasionalis lebih mengandalkan geometri atau ilmu ukur dan matematika, yang mempunyai aksioma-aksioma umum lepas dari pengamatan atau pengalaman panca indera kita. Kita bisa hingga pada pengetahuan yang sanggup mengemban amanah hanya dengan memakai budi sehat kita.
  2. Konsekuensi dari apa yang tersebut di atas, kaum rasionalis meremehkan tugas pengalaman dan pengamatan panca indera bagi pengetahuan. Bagi mereka, panca indera bisa menipu kita. Panca indera tidak bisa diandalkan untuk memberi kita pengetahuan yang bisa diandalkan.

Karena kaum rasionalis lebih mengandalkan ilmu ukur dan matematika, mereka dengan sendirinya hanya mendapatkan metode deduktif. Dengan cara ini, yang terjadi dalam proses pengetahuan insan yaitu bahwa insan mendeduksikan, menurunkan, pengetahuan-pengetahuan partikular dari prinsip-prinsip umum atau pertama yang bersifat niscaya dan universal yang merupakan bawaan insan dalam budi budinya jauh sebelum ia mengalami apapun juga. 

Bagi kaum rasionalis, semua pengetahuan yaitu pengetahuan apriori, yang terutama mengandalkan silogisme. Dikatakan apriori alasannya insan sudah mempunyai pengetahuan itu sebelum dan mendahului pengalaman. Bagi kaum rasionalis, ada ide-ide bawaan yang telah ada dalam benak insan semenjak lahir. Kaum rasionalis menekankan kemampuan budi sehat insan untuk menarik kesimpulan dari prinsip umum tertentu yang sudah ada dalam benak manusia. Oleh alasannya itu, logika silogisme menjadi penting.

Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Paham Rasionalisme Sebagai Sumber Pengetahuan"

Post a Comment