Gemuk Tidak Lagi Berarti Sehat (Obesitas Pada Anak)

Banyak orang bau tanah bahagia bila anaknya gemuk dan hobi makan. Masalah obesitas pada bawah umur semakin usang semakin mengkuatirkan. Dan ironisnya, orang tualah yang justru kerap menjadi faktor pemicu. Orang bau tanah akan lebih bahagia jikalau anaknya doyan makan, daripada anak yang susah makan. Ketika pipi anak semakin chubby dan badannya semakin lebar, orang bau tanah biasanya tidak pribadi panik. Namun, ketika si anak divonis obesitas oleh dokter, barulah kepanikan rasa menyesal itu datang.

Orang bau tanah mempunyai andil yang besar dalam menciptakan anak jadi obesitas. Bukan hanya faktir genetis, gaya hidup yang tidak sehat jauh lebih berperan dalam menyebabkan obesitas. Misalnya saja makan tidak sehat, jarang  atau bahkan tidak pernah berolah raga. Seorang anak yang sebetulnya punya gen obese, tidak akan mengalami obesitas jikalau hidupnya aktif dan mengkonsumsi makanan yang rendah lemak. Akan tetapi apabila kegiatan fisiknya menurun ditambah lagi dengan banyak mengkonsumsi makanan tinggi lemak, maka berat tubuh si anak akan meningkat dengan cepat dibandaingkan anak yang tidak mempunyai gen obese.

Selain dari tugas orang tua, penyebab obesitas pada anak adalah faktor lingkungan, yaitu kehidupan modern dan kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi menciptakan berkurangnya anak dalam melaksanakan kegiatan luar ruangan. Anak lebih sering beraktivitas di dalam rumah dengan menonton televisi, bermain game atau komputer. Diperparah lagi dengan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh orang tua, sehingga seringkali orang bau tanah menentukan makanan instan yang biasanya tinggi kalori dan lemak untuk konsumsi si anak. Hal-hal tersebut memicu obesitas pada anak. 

Selain itu, invasi kebudayaan barat juga menjadi salah satu penyebab obesitas. Restoran atau gerai cepat saji tidak hanya memperlihatkan makanan yang tinggi kalori dan lemak, tapi juga porsi yang tersedia lebih besar dari porsi rata-rata makanan kita, sehingga tanpa disadari masyarakat kita terbiasa makan dalam porsi besar melebihi kapasitas. Pada anak, asupan kalori yang melebihi kebutuhan energi setiap harinya sanggup menumbulkan obesitas. 

Pada prinsipnya, obesitas terjadi akibat energi yang masuk melebihi energi yang keluar dikala beraktivitas. Kelebihan energi akan disimpan sebagai cadangan dalam bentuk jaringan lemak. Akumulasi dari jaringan lemak akan meningkatkan berat badan. Dari hasil penelitian, kelebihan asupan 100 kalori setiap hari sanggup meningkatkan berat tubuh sampai 5 kilogram dalam setahun. Semakin banyak surplus asupan setiap hari, makin pesat penambahan berat badannya.

Untuk sanggup menurunkan resiko obesitas pada anak, orang bau tanah perlu menanamkan kebiasaan (mendisiplinkan waktu)  yang berkaitan dengan  kebiasaan makan malam bersama keluarga, tidur yang cukup, serta membatasi waktu menonton televisi pada siang hari.

Agar anak tidak makan tidak makan yang berlebihan dan beresiko mengalami obesitas, orang bau tanah perlu menyesuaikan teladan makan dengan kebutuhan. Jangan berlebihan dan komposisi gizinya harus seimbang. Biasakan anak makan buah dan sayuran. Batasi makanan tinggi kalori, terutama yang kaya dengan gula. Batasi mengkonsumsi makanan siap saji serta imbangi dengan kegiatan fisik yang cukup.

Selain hal-hal tersebut di atas yang bertujuan untuk kesehatan si anak, ada hal yang juga penting untuk dilakukan, yaitu mengedukasi orang bau tanah seputar teladan pengasuhan yang sempurna untuk mencegah obesitas. Orang bau tanah tidak cukup hanya diberitahu untuk membatasi waktu menonton televesi atau memperbaiki teladan makan anaknya, tetapi bagaimana biar mereka sanggup menerapkannya dengan cara efektif. Orang bau tanah perlu berguru bagaimana memotivasi anak untuk memperlihatkan sikap yang baik dan bagaimana mendisiplinkan mereka tanpa eksekusi fisik. Misalnya, hindari penggunaan makanan sebagai imbalan bila anak berperilaku baik. Dengan begitu, anak akan berusaha berguru mengatasi stres dengan cara yang lebih sehat, bukan berpaling pada makanan yang sanggup menciptakan mereka merasa nyaman.

Orang bau tanah juga dianjurkan untuk tidak sekedar memberi makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, melainkan juga untuk membentuk teladan makan si anak. Pola makan dalam keluarga akan dibawa anak sampai anak dewasa. Anak yang hidup dalam keluarga dengan teladan makan yang baik akan mempunyai kebiasaan makan yang baik, begitu juga sebaliknya. 

Bila anak sudah terlanjur mengalami problem dengan berat badan, mulailah untuk memperbaiki teladan makannya. Akan lebih baik, apabila perubahan teladan makan tersebut dilakukan menurut pengawasan dokter atau jago gizi. Dengan begitu kondisi kesehatan anak akan lebih terpantau.

Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gemuk Tidak Lagi Berarti Sehat (Obesitas Pada Anak)"

Post a Comment