Teori Hegemoni

Secara literal hegemoni berarti kepemimpinan. Dalam duduk kasus kultural dan gugusan ideologis, gagasan dan opini tidak lahir begitu saja dari otak individual, melainkan memiliki sentra formasi, irradiasi, penyebaran, dan persuasi. Kemampuan gagasan dan opini menguasai seluruh lapisan masyarakat merupakan puncaknya. Puncak inilah yang oleh Gramci disebut sebagai hegemoni.

Gramci memakai konsep hegemoni untuk meneliti bentuk-bentuk politis, kultural, dan ideologis tertentu, melaluinya, dalam suatu masyarakat yang ada, suatu kelas mendasar sanggup membangun kepemimpinannya sebagai sesuatu yang berbeda dari bentuk-bentuk dominasi yang bersifat memaksa. Hegemoni memperkenalkan dimensi kepemimpinan adab dan intelektual yang tidak terdapat dalam bentuk-bentuk analisis marxis yang lebih ortodok dan mengindikasikan aneka macam macam cara yang di dalamnya kepemimpinan itu sudah dibangun secara historis.

Dimensi ektra hegemoni inilah yang menciptakan Gramci merumuskan kembali pertanyaan menyeluruh mengenai hubungan antara kelas dengan kebudayaan, mengisyaratkan cara-cara yang dengannya tanah lapang kebudayaan menjadi suatu medan strategis bagi pembangunan bentuk-bentuk komitmen dan mengambarkan cara-cara yang dengannya bentuk-bentuk ideologis dan kultural secara historis dinegosiasikan antara kelompok-kelompok lebih banyak didominasi dengan subordinat.

Kriteria metodologis yang dipakai Gramci menurut pada asumsi, bahwa supremasi suatu kelompok sosial menyatakan dirinya dalam dua cara, yaitu sebagai dominasi dan sebagai kepemimpinan adab dan intelektuan. Suatu kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonik yang cenderung ia hancurkan. Atau kelompok tersebut memimpin kelompok yang sama dan beraliansi dengannya. Suatu kelompok sosial dapat, dan sungguh harus, sudah melakukan kepemimpinan sebelum memenangkan kekuasaan pemerintah. Ia menjadi lebih banyak didominasi apabila menjalankan kekuasaan, bahkan kalau ia sudah memegang dominasi itu, ia harus meneruskannya untuk memimpinya juga.


Kepemimpinan menyerupai iulah, yang oleh Gramci disebut sebagai hegemoni. Gramci mendefinisikan hegemoni sebagai suatu yang kompleks, yang sekaligus bersifat ekonomik dan etis politis. Dalam hegemoni harus diperlihatkan interes-interes kelompok dan kecenderungan-kecenderungannya, yang terhadapnya hegemini itu dijalankan. Di dalam hegemoni, suatu keseimbangan kompromis antar interes-interes tersebut harus dibentuk. Kelompok kepemimpinan harus menciptakan pengorbanan-pengorbanan tertentu, tetapi pengorbanan tersebut tidak sanggup menyentuh yang esensial, yaitu interes ekonomi, alasannya yakni walaupun hegemoni bersifat etis politis, ia juga harus bersifat ekonomik, harus didasarkan pada fungsi yang menentukan, yaitu inti acara ekonomi, yang merupakan prinsip pertama yang harus diperhitungkan, tetapi bukan merupakan satu-satunya determinan.

Bagi Gramci, sejarah yakni suatu proses konflik-konflik dan kompromi-kompromi yang di dalamnya suatu kelas mendasar akan muncul sekaligus sebagai lebih banyak didominasi dan direktif, tidak hanya dalam batas-batas ekonomik saja, melainkan juga dalam batas-batas adab dan intelektual. Di sini negara muncul sebagai pemersatu dan arbitrator interes-interes dan konflik yang bermacam-macam. Dalam suatu bentuk yang ekstensif dan efektif dari hegemoni itu akan ada suatu keseimbangan dan harmoni yang relatif. Relatif lantaran ada periode-periode dikala hegemoni itu, dengan aneka macam alasan, akan terpecah, dan dikala kelas lebih banyak didominasi akan mengambil tindak kekerasan. Gramci menyebutnya sebagai krisis otoritas.

Dari situlah hegemoni mendifinisikan sifat kompleks dari hubungan antara massa rakyat dengan kelompok-kelompok pemimpin masyarakat, suatu hubungan yang tidak hanya politis dalam pengertian yang sempit, tetapi juga duduk kasus mengenai gagasan-gagasan atau kesadaran.

Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Teori Hegemoni"

Post a Comment