Thomas Aquinas : Budpekerti Dan Kebahagiaan

Thomas Aquinas, lahir pada tahun 1225 di Roccasecca Italia. Ia merupakan murid dari Albertus Agung dari tarekat Santo Dominicus. Thomas Aquinas yakni filsuf dan teolog terbesar masa pertengahan Eropa. Sampai kini buah pemikirannya masih sangat berpengaruh. Thomas Aquinas berhasil mempersatukan ajaran-ajaran Augustinus dan filsafat Aristoteles, sehingga menawarkan impuls-impuls gres bagi kehidupan intelektual di Barat. Sejak jaman Thomas Aquinas, filsafat mulai berkembang sebagai ilmu tersendiri.

Dalam etikanya, Thomas Aquinas mengikuti kerangka pikir Aristoteles, tetapi menawarkan dimensi yang baru. Menurut Thomas Aquinas tuuan insan yakni kebahagiaan. Seperti halnya buah pemikiran Aristoteles, kebahagian tertinggi tercapai dalam theoria. Dalam renungan filsuf perihal Tuhan, berdasarkan Thomas Aquinas insan mencapai kebahagiaan dalam contemplatio, dalam memandang Yang Ilahi. Hanya saja Thomas Aquinas tidak berhenti pada pemikiran filsafati. Pemikiran filsuf tidak sungguh-sungguh sanggup memuaskan manusia. Satu-satunya pandangan yang memuaskan insan sepenuhnya yakni pandangan Nilai Tertinggi dan Abadi, yaitu Tuhan sendiri.

Thomas Aquinas merubah keterbatasan budpekerti Aristoteles pada dunia. Menurutnya mustahil insan mencapai tujuan terakhirnya dalam dunia ini. Apapun yang diciptakan tidak sanggup membahagiakan insan sepenuhnya lantaran manusia, berkat nalar budinya terarah pada yang tidak terbatas. Sebagimana nalar kecerdikan terarah kepada realitas tidak terbatas, begitu pula kehendak insan gres puas apabila hingga pada nilai yang tertinggi, dan nilai itu yakni Tuhan. Karena itu tujuan terakhir insan yakni Tuhan.

Tuhan bukan realitas indrawi, maka pandangan yang membahagiakan, visio beatifica, hanya sanggup tercapai di alam awet daerah insan bertemu muka dengan Tuhan. Kebahagiaan yang sebetulnya tidak sanggup diperlukan dalam dunia ini. Dengan demikian, budpekerti Thomas Aquinas dibedakan dari budpekerti Aristoteles, oleh lantaran transendensinya yakni insan gres mencapai tujuannya setelah hidup ini, apabila insan bertemu dengan Tuhan. Hidup menjadi suatu perjalanan ke tujuan insan yang sebetulnya dan bukan tujuan itu sendiri.


Berbeda dengan Aristoteles, konsepsi Thomas Aquinas memungkinkan insan mencapai kebahagiaan sepenuhnya. Dalam dunia ini memang mustahil insan betul-betuil bahagia. Menurut Aristoteles, insan tidak sanggup mencapai kebahagiaannya, insan hanya sanggup mendekatinya. Namun, lantaran Tuhan yakni nilai tertinggi, kepadanya kehendak insan tertarik dengan sendirinya, insan benar-benar senang apabila insan sanggup memandang Tuhan. Tuhan yakni tujuan terakhir manusia, lantaran Tuhan yakni nilai tertinggi dan universal, oleh lantaran itu kebahagiaan insan tercapai apabila insan memandang Tuhan.

Menurut Thomas Aquinas, nalar kecerdikan atau intellectus merupakan kemampuan yang secara hakiki terbuka bagi yang tak terhingga. Meskipun obyek nalar kecerdikan dianggap berdasarkan teladan obyek indrawi, nalar kecerdikan sanggup mengatasi keterbatasan obyek indrawi dan memahami yang tidak terhingga. Tuhan yakni Yang Tak Terhingga. Pengertian insan yakni tak terhingga sehingga Yang Tak Terhingga sanggup mewahyukan diri kepada manusia. Manusia secara kodrati terbuka bagi Allah dan hanya Allah yang sanggup memenuhi keterbukaan itu. Itulah sebabnya insan hanya sanggup senang apabila insan memandang Tuhan. 

Dalam tradisi Kristiani, kerelaan Tuhan untuk membuka diri kepada insan disebut rahmat atau gratia. Kata rahmat memuat arti bahwa pinjaman diri Tuhan itu seluruhnya atas kerelaan dan inisiatif Tuhan sendiri, dan bahwa dasarnya yakni kasih sayang Tuhan. Bahwa Tuhan menawarkan diri, bahwa Tuhan bersifat Maharahim. Hal itu diketahui dengan niscaya hanya lantaran wahyu, lantaran Tuhan sendiri memberitahukannya. Pemikiran Thomas Aquinas tersebut tidak lagi murni sebagai filsuf, melaikan sebagai teolog. Oleh lantaran itu, budpekerti Thomas Aquinas memang melampui metode filosofis murni dan bicara sebagai orang beriman, sebagai orang Kristen. Pandangan yang membahagiakan (visio beatifica) yakni tujuan terakhir segenap orang, sebagai manusia, dan segenap orang dipanggil ke pandangan itu.

Kualitas moral insan ditentukan oleh kehendaknya. bukan tindakan lahiriah yang menentukan apakah seorang baik atau jelek dalam arti moral, melainkan tindakan sebagai ungkapan kehendak. Manusia itu baik apabila ia berkehendak baik, jahat apabila ia berkehendak jahat. Menurut Thomas Aquinas, insan harus menentukan antara baik dan buruk. Perbuatan baik mengarahkannya pada tujuannya yang terakhir, perbuatan jelek menjauhkannya dari tujuannya yang terakhir tersebut. 

Thomas Aquinas membedakan antara dua macam aktivitas manusia, yaitu :
  • Actiones humanae atau aktivitas manusiawi, yakni aktivitas insan sebagai insan yang tidak ada pada organisme lain. Kegiatan manusiawi merupakan aktivitas yang khas bagi manusia. Itulah aktivitas yang disengaja, tindakan dalam arti yang sebenarnya. Tindakan itu kita kuasai. Bertindak berarti berlaku dengan bebas lantaran kita menentukan diri sendiri. Atas tindakan, kita bertanggung jawab. Karena itu, tindakan menentukan kualitas moral manusia. Tindakan baik berarti insan baik, tindakan jahat berarti insan jahat.
  • Actiones hominis atau aktivitas pada manusia, yakni aktivitas insan berupa segala macam gerak, perkembangan, dan perubahan pada insan yang tidak disengaja, yang murni vegetatif atau senditif dan instingtif. Kegiatan itu di luar kuasa manusia, tidak perlu dipertanggung jawabkannya.  Kegiatan pada insan tidak memiliki kualitas moral, aktivitas tersebut bukan baik dan bukan buruk. Kegiatan pada insan justru tidak kahas manusia, melainkan juga ada pada hewan dan organisme yang lain. Sepeti berkedip, proses pertumbuhan, bernapas, dan lain sebagainya.

Perintah moral paling dasar berdasarkan Thomas Aquinas yakni "Lakukanlah yang baik, jangan melaksanakan yang jahat". (Bonun est faciendum et prosequendum, et malum vitandum). Yang baik yakni apa yang sesuai dengan tujuan terakhir manusia, yang jelek yakni apa yang tidak sesuai. Kemantapan dalam berbuat baik dan menolak yang jahat disebut keutamaan (virtus). Keutamaan pada umumnya merupakan perilaku di tengah, artinya keutamaan berada di antara dua perilaku yang ekstrim, yang dua-duanya buruk.

Semoga bermanfaat.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Thomas Aquinas : Budpekerti Dan Kebahagiaan"

Post a Comment