Memahami Orang Renta Di Abad Pensiun

Setiap insan akan melewati tahapan-tahapan tertentu yang berkaitan dengan usia. Setiap tahapan menuntut kompetensi tertentu semoga orang yang bersangkutan bisa beradaptasi dengan tuntutan yang ada. Yang dalam bahasa psikologi disebut tugas-tugas perkembangan.

Masing-masing orang mempunyai kiprah perkembangan yang berbeda-beda. Seorang remaja misalnya, mempunyai kiprah perkembangan yang berbeda dari seseorang yang sudah memasuki usia dewasa. Orang remaja sudah dituntut untuk mempunyai tanggung jawab lebih. Tugas perkembangannya ditandai dengan banyak hal, antara lain sudah terbangunnya korelasi yang mendalam dengan orang lain sebagai pasangan hidup, sudah membangun keluarga, membangun karier, dan lain sebagainya.

Keberhasilan atau kegagalan dalam menjalani kiprah perkembangan akan menghipnotis cara pandang terhadap dirinya sendiri. Kalau bisa memandang diri sendiri secara positif, biasanya akan muncul perasaan yang nyata pula, contohnya rasa puas, nyaman, senang, dan optimis. Demikian juga sebaliknya, bila menganggap dirinya negatif, perasaan yag muncul juga negatif. Perasaan-perasaan itu akan menghipnotis reaksi orang terhadap lingkungan.

Pensiun, merupakan salah satu tahap kehidupan yang niscaya dilalui oleh setiap orang pekerja. Tahapan ini sering disebut dianggap sebgai titik turun dalam hidup seseorang. Sebaliknya, pada umumnya di usia antar 40 hingga 60 tahun, dianggap orang sebagai titik puncak, artinya dalam rentang usia tersebut kondisi ekonomi sudah mapan, bahkan kecenderung naik, sukses di bidangnya, menerima peranan di lingkungan sosial, dan lain sebagainya. Dalam tahapan ini orang terbiasa menjalani acara padat dan menantang dari hari ke hari. Ketika masa ini dijalani dengan optimal, ia akan merasa berguna. Bahkan bisa muncul rasa powerful atau berkuasa alasannya bisa menunjukkan makna bagi orang lain. Oleh alasannya itu, bagi sebagian orang, terutama orang kantoran, masa pensiun seakan-akan menjadi pemutusan perjalanan atau pemutusan usaha mereka dalam menunjukkan manfaat bagi lingkungan maupun diri sendiri.

Pensiun juga membawa perubahan dalam hal pendapatan. Berkurangnya pendapatan menciptakan orang merasa tidak sanggup memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi bila keudia ia justru menerima pertolongan dari anak-anaknya. Dari sini bisa muncul perasaan kurang berharga.

Dalam menghadapi masa pensiun, setiap orang niscaya berbeda-beda. namun, pada umumnya ada tiga perilaku yang dimiliki orang ketika memasuki masa pensiun, yaitu :
  1. Orang yang berhasil melewati masa produktif dengan optimal. Orang menyerupai ini berhasil mencapai jenjang karier yang memuaskan dan berhasil mempunyai keluarga yang harmonis. Golongan ini menganggap dirinya telah berhasil menjalankan kiprah perkembangan dengan baik. Umumnya golongan ini sudah siap mental untuk memasuki masa pensiun.
  2. Orang yang berhasil di kawasan kerja, memperoleh banyak penghargaan, akreditasi dari lingkungan, dan berhasil mengumpulkan banyak materi. Tapi ia memandang pensiun sebagai sesuatu hal yang menyeramkan  yang membuatnya kehilangan banyak hal. Orang dalam golongan ini menerka masyarakat akan menilai rendah kaum pensiunan alasannya kurang memberi kontribusi. Hal ini yang menciptakan orang dalam golongan ini tidak siap mental untuk memasuki masa pensiun. Orang-orang dalam golongan ini menjadi praktis frustasi, praktis tersinggung, tidak mau dibantah dan lebih sensitif. Hal tersebutlah yang memicu timbulnya post power syndrome.
  3. Orang yang putus asa. Mereka memasuki masa pensiun sebagai orang yang kalah alasannya mengalami kekecewaaan dan ketidakpuasan. Golongan ini merasa mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya di masa lalu. Hal ini menciptakan mereka memasuki masa pensiun dengan rasa frustasi. Akibatnya muncul sifat sensitif, praktis marah, dan tersinggung. Rasa putus asa bisa berlangsung usang yang kemudian menjelma depresi.

Menghadapi orang renta yang memasuki masa pensiun tentu tidak mudah. Namun begitu, sebagai anak kita mesti bisa bersabar dan lebih memperhatikan orang renta yang mungkin sedang gundah alasannya memasuki masa pensiun tersebut. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan semoga tidak terjadi benturan antara orang renta yang memasuki masa pensiun dengan anak :
  • Usahakan untuk memahami. Orang renta sedang dalam proses penyesuaian diri dengan situasi yang baru. Tidak heran, apabila kadang muncul emosi yang tidak terkontrol atau lebih sensitif. Sebagai anak jangan ikut emosi.
  • Harus lebih bersabar dan toleransi. Omongan atau tindakan orang renta yang negatif sedikit banyak niscaya menciptakan emosi terganggu. Ingatlah yang dihadapi ialah orang renta sendiri, jadi bersabarlah.
  • Cari solusi bersama. Ketahuilah impian orang renta ketika ini. Ajaklah berbicara bersama untuk mencari solusinya. 
  • Minta bantuan. Mintalah pertolongan pihak ketiga, apabila anda dan keluarga anda tidak bisa menemukan solusi untuk permasalah yang dihadapi orang tua. Sebaiknya, cari pihak ketiga yang dihormati oleh orang renta anda.
  • Berilah aktivitas. Dengan acara yang positif, orang renta sanggup menyalurkan emosi negatif  atau ketidak puasan hidupnya. Aktivitas yang dipilih bisa bermacam-macam, mulai dari hobi, mengikuti kegiatan sosial, dan lain sebagainya.

Hal-hal tersebut bisa dilakukan, tujuan utamanya ialah semoga orang renta merasa di masa pensiunnya tersebut masih diharapkan dan dihargai oleh lingkungannya.

Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Memahami Orang Renta Di Abad Pensiun"

Post a Comment