Pengetahuan selalu mengandung kebenaran. Salah satu syarat penting dari pengetahuan yaitu apa yang kita klaim itu memang benar, sehingga pengetahuan selalu mengandung kebenaran dari apa yang diketahui itu. Makara ketika berbicara mengenai pengetahuan, otomatis juga berbicara mengenai kebenaran.
Pertanyaan selanjutnya yaitu apakah yang dimaksud dengan kebenaran ? Dalam ilmu filsafat dikenal adanya empat teori ihwal kebenaran. Teori kebenaran yang dimaksud yaitu :
1. Teori Kebenaran Sebagai Persesuaian.
Menurut teori ini, kebenaran yaitu soal kesesuaian antara apa yang diklaim sebagai diketahui dengan kenyataan yang sebenarnya. Benar atau salah yaitu soal sesuai tidaknya apa yang dikatakan dengan kenyataan sebagaimana adanya. Makara berdasarkan teori ini, kebenaran terletak pada kesesuaian antara subyek dan obyek, maksudnya apa yang diketahui subyek dan realitas sebagaimana adanya. Apa yang diketahui oleh subyek sebagai benar harus sesuai atau cocok dengan obyek, dengan kenyataan yang diklaim oleh subyek tersebut. Intinya yaitu harus ada kesesuaian dengan realitas.
Teori ini sudah ada semenjak jaman Aristoteles. Aristoteles meletakkan dasar bagi teori kebenaran sebagai persesuaian, bahwa kebenaran adalah persesuaian antara apa yang dikatakan dengan kenyataan. Menurut Aristoteles, hal yang ada sebagai tidak ada, atau yang tidak ada sebagai ada, yaitu salah. Aristoteles menyampaikan bahwa hal yang ada sebagai ada, atau hal yang tidak ada sebagai tidak ada, yaitu benar. Suatu pernyataan dianggap benar jikalau apa yang dinyatakan di dalamnya bekerjasama atau punya keterkaitan dengan kenyataan yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Pengetahuan terbukti benar dan menjadi benar oleh kenyataan yang sesuai dengan apa yang diungkapkan pengetahuan itu. Sehingga berdasarkan teori ini, mengungkapkan realitas yaitu hal yang pokok bagi acara ilmiah.
Hal-hal yang perlu diketahui berkaitan dengan teori kebenaran sebagai persesuaian yaitu :
- Teori kebenaran sebagai persesuaian sangat ditekankan oleh aliran empirisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan inderawi sebagai sumber utama pengetahuan manusia. Teori ini lebih mengutamakan cara kerja dan pengetahuan aposteriori, yaitu pengetahuan yang terungkap hanya melalui dan sehabis pengalaman dan percobaan empiris. Oleh alasannya yaitu itu, kebenaran sebagai persesuaian juga disebut sebagai kebenaran empiris alasannya yaitu kebenaran suatu pernyataan, proposisi, atau teori ditentukan oleh apakah pernyataan, proposisi atau teori itu didukung oleh fakta atau tidak. Suatu ide, konsep, atau teori yang benar, harus mengungkapkan realitas yang sebenarnya.
- Teori kebenaran sebagai persesuaian menegaskan dualitas antara subyek dan obyek, antara si pengenal dan yang dikenal. Teori ini juga menekankan pentingnya obyek bagi kebenaran pengetahuan manusia, sedangkan subyek atau nalar kebijaksanaan hanya mengolah lebih jauh apa yang diberikan oleh obyek.
- Teori kebenaran sebagai persesuaian menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan. Bukti ini bukan diberikan secara apriori oleh nalar budi, bukan juga konstruksi nalar budi, dan bukti ini juga bukan hasil imajinasi nalar budi, melainkan yaitu apa yang diberikan oleh obyek yang sanggup ditangkap oleh panca indera manusia. Pembuktian yaitu proses menunjukkan fakta yang mendukung suatu proposisi atau hipotesis. Pembuktian bukan proses validasi yang hendak menunjukkan apakah proposisi yang menjadi kesimpulan telah ditarik secara valid dari proposisi tertentu yang telah diterima sebagai benar.
2. Teori Kebenaran Sebagai Keteguhan.
Menurut teori ini, kebenaran tidak ditemukan dalam kesesuaian antara proposisi dengan kenyataan, melainkan ditemukan dalam relasi antara proposisi gres dengan proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi, atau hipotesa dianggap benar jikalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi, atau hipotesa lainnya. Maksudnya yaitu proposisi tersebut meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar.
Teori kebenaran sebagai keteguhan ini banyak dianut oleh kaum rasionalis, menyerupai Leibniz, Spinoza, Descrates, dan Dante. Bagi kaum rasionalis, pengetahuan mustahil bisa keluar dari pikiran atau nalar kebijaksanaan insan untuk berhadapan pribadi dengan realitas, sehingga sanggup diketahui apakah pengetahuan itu benar atau tidak. Pernyataan tersebut benar jikalau pernyataan itu cocok dengan sistem pemikiran yang ada. Makara kebenaran sesungguhnya hanya berkaitan dengan implikasi logis dari sistem pemikiran manusia.
Hal-hal yang perlu diketahui berkaitan dengan teori kebenaran sebagai keteguhan yaitu :
- Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran rasional logis dan cara kerja deduktif. Pengetahuan yang benar hanya hanya dideduksikan atau diturunkan sebagai konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah ada, dan yang sudah dianggap benar.
- Teori kebenaran sebagai keteguhan lebih menekankan kebenaran dan pengetahuan apriori. Pembuktian sama artinya dengan validasi, menunjukkan apakah kesimpulan yang mengandung kebenaran tersebut memang diperoleh secara valid dari proposisi lain yang telah diterima sebagai benar.
3. Teori Pragmatis Tentang Kebenaran.
Menurut teori ini, kebenaran sama artinya dengan kegunaan. Ide, konsep, pernyataan, atau hipotesa yang benar yaitu ilham yang berguna. Ide yang benar yaitu ilham yang paling bisa memungkinkan seseorang melaksanakan sesuatu secara paling berhasil dan sempurna guna. Jadi, berhasil dan berkhasiat yaitu kriteria utama untuk memilih apakah suatu ilham benar atau tidak. Teori pragmatis ihwal kebenaran ini dianut oleh filsuf-filsuf pragmatis dari Amerika, menyerupai Charles S. Peirce dan William James.
Menurut Peirce, ilham yang terang dan benar mau tidak mau memiliki konsekuensi simpel pada tindakan tertentu. Kalau ilham tersebut benar, maka ketika diterapkan akan berkhasiat dan berhasil untuk memecahkan suatu perkara dan memilih sikap manusia. Sedangkan William menyampaikan bahwa fungsi dari berpikir bukan untuk menangkap kenyataan tertentu, melainkan untuk membentuk ilham tertentu demi memuaskan kebutuhan atau kepentingan manusia. Ide atau teori yang benar yaitu ilham atau teori yang berkhasiat dan berfungsi memenuhi tuntutan dan kebutuhan manusia.
Suatu ilham yang benar akan memungkinkan insan dan menuntun insan untuk hingga pada kebenaran, atau memungkinkan insan untuk hingga pada apa yang diklaim dalam ilham atau pernyataan tersebut. Kebenaran yang terutama ditekankan oleh kaum pragmatis yaitu kebenaran yang menyangkut pengetahuan bagaimana. Suatu ilham yang benar yaitu ilham yang memungkinkan insan berhasil memperbaiki atau membuat sesuatu.
4. Teori Kebenaran Performatif.
Menurut teori ini, suatu pernyataan dianggap benar jikalau pernyataan itu membuat realitas. Pernyataan yang benar bukanlah pernyataan yang mengungkapkan realitas, tapi justru dengan pernyataan itu tercipta suatu realitas sebagaimana yang diungkapkan dalam pernyataan itu. Teori kebenaran performatif dianut oleh filsuf-filsuf menyerupai John Austin dan Frank Ramsey, yang menentang teori klasik, yang menyatakan bahwa benar dan salah yaitu ungkapan yang hanya menyatakan sesuatu.
Teori kebenaran performatif sanggup digunakan secara positif, juga sanggup digunakan secara negatif. Secara positif, dengan pernyataan tertentu orang berusaha mewujudkan apa yang dinyatakan. Sedangkan secara negatif, orang sanggup terlena dengan pernyataan atau ungkapannya yang seolah-olah pernyataan atau ungkapan tersebut sama dengan realitas.
Demikian itu teori-teori ihwal kebenaran berdasarkan ilmu filsafat yang dikenal hingga ketika ini. Teori-teori tersebut berusaha untuk menjawab secara filosofis atas pertanyaan apakah yang dimaksud dengan kebenaran. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Teori Kebenaran"
Post a Comment