Solipsisme secara umum bermakna suatu anutan yang berpusat pada diri sendiri. Solipsisme yaitu teori bahwa seseorang tidak sanggup menyadari apapun di luar pengalaman, keadaan dan tindakan-tindakannya sendiri. Apabila pengertian "seseorang" dimaksud dalam arti sempit yaitu sebagai seorang individu tunggal, maka pernyataan bahwa "kamu harus menjadi seseorang untuk mengetahui seseorang" bermetamorfosis pernyataan hanya kau sendirilah yang bisa memahami diri kamu. Sedangkan apabila pengertian "seseorang" dipandang secara lebih luas dalam arti mereka yang ada dalam di dalam sebuah kelompok tertentu, maka pernyataan bahwa "kamu harus menjadi seseorang untuk mengetahui seseorang" tersebut bermetamorfosis pernyataan bahwa hanya mereka yang ada di dalam sebuah kelompok yang bisa memahami para anggota kelompok tersebut.
Contoh lain dari solipsisme banyak kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam keseharian, kita sering mendengar pernyataan "kamu tidak tahu yang saya rasakan sebelum kau mencicipi hal yang sama" atau pernyataan "kamu tidak tahu keadaannya alasannya kau tidak ada di lokasi kejadian" serta pernyataan-pernyataan lain yang semacam yang merupakan cikal bakal yang oleh banyak orang disebut sebagai "truisme", yang merupakan pernyataan bahwa untuk memahami orang atau kelompok lain, kita harus menjadi menjadi ibarat orang atau anggota kelompok itu, atau dengan bahasa lain disebut "you have to be one to know one" ( kita harus menjadi seseorang untuk mengetahui seseorang), yang dalam istilah teknis disebut insider epistemology.
Solipsisme, baik dalam arti sempit atau dalam arti luas, masih perlu dikaji lagi secara lebih mendalam. Hal ini dikarenakan jikalau hal yang dimaksud tersebut memang sepenuhnya benar, maka akan menumbangkan segala macam kajian ilmiah perihal manusia, sehingga istilah "ilmu sosial" menjadi sebuah oksimoron yaitu gaya bahasa yang menggabung gagasan-gagasan yang paradoks. Hal ini dikarenakan alasan :
- Ilmu pengetahuan mensyaratkan bahwa seluruh fenomena pada prinsipnya sanggup diteliti dan dianalisis oleh semua peneliti.
- Karena kita hanya sanggup memahami mereka yang sama ibarat kita, maka kita mustahil sanggup memahami temuan para peneliti yang berbeda dengan kita.
Kedua alasan tersebut di atas menjelaskan bahwa mustahil ada perjuangan banyak sekali pengetahuan secara nrimo di antara orang-orang yang berbeda.
Di dalam keberaneka-ragaman sosial dan kultural di dunia ini, orang sama sekali berbeda antara satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila terdapat banyak perbedaan sosial maka orang-orang tersebut memang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi, jikalau kita menggabungkan suatu doktrin identitas sosial orang dengan doktrin bahwa seseorang harus mempunyai pengalaman tertentu untuk sanggup memahami suatu pengalaman tertentu, maka hasil-hasilnya bagi ilmu sosial akan sangat tepat. Jika identitas seseorang merupakan salah satu fungsi kelompok sosial, dan jikalau hanya orang-orang dengan identitas yang sama yang sanggup memiiki pengalaman tertentu, dan jikalau seseorang hanrus mempunyai suatu pengalaman untuk mengetahuinya, maka hanya orang-orang yang menjadi anggota golongan atau kelompok tertentu yang sanggup mengetahui pengalaman anggota kelompok tersebut.
Pernyataan solipsistik sebagian berasal dari sifat multikultural kehidupan sosial dan politik kontemporer di mana banyak sekali macam perbedaan di antara kelompok-kelompok menerima tekanan yang kuat. Selain itu, pernyataan solipsistik berasal juga dari banyak sekali keyakinan tertentu mengenai pengalaman dan pengetahuan yang secara intuitif seakan tidak bersifat problematis. Namun begitu, yang terpenting yaitu memastikan apakah pernyataan itu memang benar.
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Solipsisme"
Post a Comment